Selasa, 07 Juli 2009

Liburan Bab II


Masih dari cerita liburan sekolah Alifa. Setelah mencoba bus Trans Jakarta,Alifa ingin merasakan naik kereta api. Karena tidak ada rencana liburan keluar kota,akhirnya kami ajak Alifa mencoba kereta rangkaian listrik (KRL) ekspress dari stasiun Bogor menuju stasiun Kota Jakarta. Dan sebaliknya dari Jakarta ke Bogor yang penting dia merasakan naik kereta.

Karena pengalaman pertama naik kereta ditambah kondisi kereta yang kosong membuat Alifa sangat menikmati perjalanan yang hanya ditempuh kurang lebih satu jam dari Bogor ke Jakarta begitu juga sebaliknya.

Alifa bisa jalan hilir mudik di gerbong kereta seperti sedang tes keseimbangan karena mengikuti gerak kereta yang meliuk-liuk,bisa menari-nari,bisa bernyanyi,dia bisa bergelantungan seperti sedang outbond pada pegangan untuk orang yang berdiri di kereta,dan bila lelah diapun bisa tidur dengan nyaman.

Yang jelas pada perjalanan pulang di mobil saya tanya bagaimana perasaannya setelah naik kereta? dia bilang senang dan mau naik kereta lagi sambil bernyanyi riang :
Naik kereta api tut...tut...tut...siapa hendak turut...



Selengkapnya...

Sabtu, 04 Juli 2009

Liburan Bab I


Pada tanggal 20 Juni 2009 Alifa mendapat rapot hasil belajarnya selama 1 tahun di TK A,hasilnya cukup bagus. Alifa dianggap dapat mengikuti semua pelajaran yang diberikan di sekolah walaupun tetap sambil bermain.

Setelah pembagian rapot libur panjangpun tiba,Alifa sudah menyampaikan pesan-pesannya kepada saya apa saja yang ingin dilakukan. Masalahnya pekerjaan ayahnya sedang padat, sehingga dia tidak bisa menemani mengisi liburannya kecuali hari Sabtu dan Minggu. Untung keinginan Alifa juga tidak muluk-muluk sekali,sehingga saya sendiripun bisa menemani mengisi liburannya.

Satu keinginan Alifa yang sudah disampaikan jauh hari sebelum liburan adalah naik bus Trans Jakarta yang di jalan-jalan Jakarta sering ia lihat hilir mudik di jalur khusus (busway),awalnya saya sempat ragu untuk mengajaknya karena itu saya alihkan keinginannya itu dengan mengajaknya menonton film Garuda Di Dadaku pada hari pertama liburnya.

Alifa tampak menikmati film yang ditonton di bioskop itu sampai dalam perjalanan pulangpun dia bisa menyanyikan lagu yang menjadi soundtracknya. Tapi rupanya hal itu belum memadamkan keinginannya untuk mencoba naik bus Trans Jakarta.

Esoknya saya beranikan diri untuk memenuhi keinginannya naik bus Trans Jakarta,ini pengalaman pertama untuk Alifa dan pengalaman pertama saya pergi berdua dengannya naik transportasi umum massal pula. Alifa memang anak yang baik sepanjang perjalanan dia tidak pernah rewel malah menikmati perjalanan dengan bernyanyi.

Akibatnya banyak penumpang bus yang terhibur sepanjang perjalanan dengan nyayiannya yang baru dihapalnya dan dinyanyikan berulang-ulang.Setelah sampai terminal Trans Jakarta sayapun meneruskan perjalanan ke kantor ayahnya dengan taksi karena Jakarta hari itu sangat panas dan membuat Alifa sangat berkeringat. Alifa tetap bersemangat dan di taksipun tetap bernyanyi : Garuda di dadaku,garuda kebanggaanku,kuyakin hari ini pasti menang.

Have a nice holiday girl...
Selengkapnya...

Kamis, 18 Juni 2009

Show 3


Penampilan terakhir menari kipas dengan diiringi lagu "Surga di telapak kaki ibu".

Penampilan pamungkas anak-anak TK A menari kipas,tidak kompak,lupa gerakan,kacau. Tapi jadi kelihatan lucu. Show must go on girl...
Selengkapnya...

Show 2


Penampilan kedua main angklung lagu " Satu-satu aku sayang ibu..."


Masih dari acara perpisahan TK B di Taman Wiladatika Cibubur,setelah bernyanyi anak-anak TK A pun bermain angklung,walau tersendat-sendat akhirnya selesai juga memainkan angklungnya.

Selengkapnya...

Senin, 15 Juni 2009

Show 1


Alifa beraksi pada acara perpisahan TK B Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Pelangi di Taman Wiladatika Cibubur.
Penampilan pertama bernyanyi"Sifat-sifat Allah".



Hari yang ditunggu-tunggu datang,Alifa senang sekali karena Sabtu tanggal 13 Juni 2009 dia tampil diatas pentas dalam rangka perpisahan anak-anak TK B.

Dia berusaha memberikan penampilan terbaiknya,dan mengatakan aku ingin naik panggung lagi bu... (waduh...kayaknya bakat jadi artis nih anak).
Selengkapnya...

Kamis, 11 Juni 2009

Surga Di Telapak Kaki Ibu

Dulu ketika masih "jahiliyah" saya merasa kata-kata diatas hanya slogan,agar kita para anak mau mengikuti perkataan ibu kita,mau menuruti perintah ibu yang kadang kita rasa menyebalkan.Walau terlambat akhirnya saya menyadari bahwa surga di bawah telapak kaki ibu memang benar adanya,apalagi kata-kata itu bukan sekonyong-konyong muncul d dunia tapi berasal dari hadist;Aljannatu tahta aqdaamil ummahaat.

Kesadaran saya akan kata-kata itu justru saya dapat ketika sedang menjalankan ibadah haji ditahun 1996. Allah memberikan sebuah "pelajaran" yang sangat berharga untuk saya agar lebih menghormati dan sayang pada ibu.

Tahun 1996 saya berkesempatan menemani ibu untuk menunaikan ibadah haji,dan tujuan pertama kami saat itu adalah Madinah. Di Madinah kami mendapat penginapan yang kurang layak,karena jauh dari masjid Nabawi sebagai tujuan utama kami selama disana untuk menjalankan Arbain (shalat 40 waktu berturut-turut tanpa terputus),kami mendapat kamar dilantai 4 tanpa AC dan lift atau escalator,bisa dibayangkan betapa lelahnya.

Dalam keadaan lelah seperti itu ibu sering minta tolong saya untuk membeli makanan dan minuman sehingga saya harus turun naik tangga,belum lagi untuk urusan pribadi lainnya seperti ketika mencuci dan setrika pakaian ibu sering menitip pakaiannya. Dalam keadaan lelah dan ditambah godaan setan sayapun marah dengan suara agak keras pada ibu,kenapa saya harus disuruh-suruh terus?

Waktu berlalu,tiba-tiba saya merasa badan panas kepala pusing bahkan sampai mimisan, akhirnya gagallah niat untuk bisa menjalankan arbain. Obat yang saya dapat dari dokter kloter tidak membantu meringankan sakit saya,bahkan temen-teman seperjalanan yang pulag dari masjid membawakan air zam-zam untuk sayapun tidak dapat menyembuhkan sakit saya.

Tiba-tiba seorang nenek teman seperjalanan mengingatkan saya ;"coba pikirkan lagi apa yang sudah kamu perbuat sama ibumu? mungkin kamu pernah menyakiti ibumu? sekarang mintalah maaf pada ibu". Siang hari saya menjalankan shalat dzuhur di penginapan bersama ibu yang selalu setia merawat dan menemani saya,dan setelah shalatpun saya sujud dikaki ibu dan minta maaf pada ibu,walaupun saat itu saya belum ingat kesalahan-kesalahan saya pada ibu yang penting saya harus minta maaf dulu. Subhanallah,ajaib pada saat ashar saya yang sudah tiga hari hanya bisa berbaring dan duduk sudah bisa jalan ke masjid Nabawi untuk menjalankan shalat ashar.

Dari situlah kesadaran saya muncul,surga dibawah telapak kaki ibu bukan cuma slogan atau kata mutiara tapi hadist yang harus kita jalankan dalam hidup kita sehari-hari,karena dalam Al-Qur'an kedudukan ibupun begitu mulia bahwa kita harus menghormati ibu,kemudian ibu,kemudian ibu baru ayahmu.


Ilove you mom.....
Selengkapnya...

Minggu, 31 Mei 2009

Keadilan

Kadang saya merasa kesal terhadap suami saya,bila sudah diberi kesempatan untuk kesenangan pribadi suka lupa waktu.Dia bisa bermain sepeda sejak usai shalat subuh dan baru tiba di rumah setelah lewat waktu shalat dzuhur (kadang menjelang ashar)bila bermain sepeda di daerah puncak, atau ketika ia bertemu dengan teman-temanya semasa SMP untuk reuni (akibat demam facebook) dia keluar rumah dari jam 10 pagi dan baru tiba di rumah jam 10 malam. Padahal sehari-hari dia pulang bekerja rata-rata jam 9 malam. Tidak ada rasa sayangkah telah menghabiskan sekian lama waku tanpa kehadiran istri dan anaknya?

Saya suka tergoda juga untuk melakukan hal yang sama dengan suami saya,tapi apa yang terjadi? ketika keluar rumah selalu terbayang wajah anak saya,sedang apa dia? sudah makan apa belum? akibatnya saya harus cepat pulang dan kalaupun membawa dia kepertemuan dengan teman-teman saya harus segera pulang jika dia mulai rewel. Malah tidak jarang saya memutuskan tidak pergi jika tidak nyaman bagi anak saya. Saya jadi berfikir,adilkah keadaan seperti ini?

Harus diakui bagi perempuan yang telah berstatus sebagai ibu otomatis waktu untuk pribadinya akan berkurang. Tapi saya tidak menyesali keadaan seperti ini,karena saya mendapat ganjaran yang positif.

Keberadaan saya dirumah dan selalu dekat dengan anak membuat saya bisa mengikuti perkembangan anak saya,hingga jika ada yang janggal pasti bisa cepat saya ketahui. Belum lagi jika bangun tidur,yang pertama kali dicari dan dipangil anak saya adalah "ibu",jika saya pergi hampir 30 menit sekali dia selalu hubungi HP saya (dengan bantuan neneknya) dan tentunya sebelum pergi pasti akan ditangisi olehnya.Sayapun sering menjadi teman curhat anak saya tentang teman-temannya di sekolah.

Keadaan diatas membuat saya merasa jadi orang yang sangat "dibutuhkan" oleh anak saya. Hal inilah yang membuat saya merasa bangga dan tak nyaman harus lama-lama berjauhan dari anak saya.

Akhirnya saya bisa merasakan keadilan,mungkin suami saya bisa lebih lengang keluar rumah untuk bersenda bersama teman-temannya atau menjalankan hobinya sementara saya tida bisa. Tapi saya punya kebanggaan menjadi ibu yang selalu dicari,dibutuhkan oleh anak saya,sementara suami saya tidak punya kebanggaan seperti itu. Allah memang maha adil.

Selengkapnya...