Minggu, 31 Mei 2009

Keadilan

Kadang saya merasa kesal terhadap suami saya,bila sudah diberi kesempatan untuk kesenangan pribadi suka lupa waktu.Dia bisa bermain sepeda sejak usai shalat subuh dan baru tiba di rumah setelah lewat waktu shalat dzuhur (kadang menjelang ashar)bila bermain sepeda di daerah puncak, atau ketika ia bertemu dengan teman-temanya semasa SMP untuk reuni (akibat demam facebook) dia keluar rumah dari jam 10 pagi dan baru tiba di rumah jam 10 malam. Padahal sehari-hari dia pulang bekerja rata-rata jam 9 malam. Tidak ada rasa sayangkah telah menghabiskan sekian lama waku tanpa kehadiran istri dan anaknya?

Saya suka tergoda juga untuk melakukan hal yang sama dengan suami saya,tapi apa yang terjadi? ketika keluar rumah selalu terbayang wajah anak saya,sedang apa dia? sudah makan apa belum? akibatnya saya harus cepat pulang dan kalaupun membawa dia kepertemuan dengan teman-teman saya harus segera pulang jika dia mulai rewel. Malah tidak jarang saya memutuskan tidak pergi jika tidak nyaman bagi anak saya. Saya jadi berfikir,adilkah keadaan seperti ini?

Harus diakui bagi perempuan yang telah berstatus sebagai ibu otomatis waktu untuk pribadinya akan berkurang. Tapi saya tidak menyesali keadaan seperti ini,karena saya mendapat ganjaran yang positif.

Keberadaan saya dirumah dan selalu dekat dengan anak membuat saya bisa mengikuti perkembangan anak saya,hingga jika ada yang janggal pasti bisa cepat saya ketahui. Belum lagi jika bangun tidur,yang pertama kali dicari dan dipangil anak saya adalah "ibu",jika saya pergi hampir 30 menit sekali dia selalu hubungi HP saya (dengan bantuan neneknya) dan tentunya sebelum pergi pasti akan ditangisi olehnya.Sayapun sering menjadi teman curhat anak saya tentang teman-temannya di sekolah.

Keadaan diatas membuat saya merasa jadi orang yang sangat "dibutuhkan" oleh anak saya. Hal inilah yang membuat saya merasa bangga dan tak nyaman harus lama-lama berjauhan dari anak saya.

Akhirnya saya bisa merasakan keadilan,mungkin suami saya bisa lebih lengang keluar rumah untuk bersenda bersama teman-temannya atau menjalankan hobinya sementara saya tida bisa. Tapi saya punya kebanggaan menjadi ibu yang selalu dicari,dibutuhkan oleh anak saya,sementara suami saya tidak punya kebanggaan seperti itu. Allah memang maha adil.

Selengkapnya...

Jumat, 29 Mei 2009

Sakit

Sudah dua minggu ini saya tidak membuka komputer,akibatnya blog terabaikan,toko online tidak tahu perkembangannya. Ini semua bukan disengaja atau karena lagi malas,tapi kondisi badan tidak mendukung. Jangankan untuk berjibaku dengan komputer,urusan rumah tanggapun jadi terabaikan,maklum tidak punya pembantu.

Sakit memang tidak terduga datangnya,kadang kita merasa sedang baik-baik saja tapi sehari kemudian kita sudah terkapar tak berdaya. Tapi mungkin kita harus bersyukur kadang sakit itu datang pada kita.


Sebenarnya sakit baik yang ringan maupun yang berat datang pada kita adalah sebagai suatu sinyal dari Allah bahwa ada yang salah dengan tubuh kita. Entah salah seperti apa hanya masing-masing diri kitalah yang tahu. Apakah kita sudah adil memperlakukan diri kita? sudah seimbangkah diri kita antara makanan yang masuk,keluar,bekerja dan ibadah?

Kadang tanpa kita sadari kita memperlakukan diri kita tidak adil,kita khususnya ibu rumah tangga bekerja dari matahari belum lagi terbit sampai matahari terbenam dan awan menghitam tanpa asupan makanan yang seimbang atau istirahat yang cukup. Mungkin itu sebabnya Allah memberikan sakit itu agar kita bisa evaluasi lagi kebiasaan hidup kita dan memperlakukan tubuh kita dengan adil.

Orang tua kita selalu mengingatkan jagalah kesehatan kita sebelum datangnya sakit, ungkapan itu ada benarnya apalagi biaya berobat sekarang makin mahal. Beruntunglah kita sebagai muslim bahwa kita mendapat warisan obat yang mujarab sepanjang masa. Ada madu untuk menjaga kesehatan kita,ada habbatusaudah sebagai obat dari segala penyakit kecuali pikun dan kematian. Sekarang tinggal bagaimana kita memelihara kesehatan diri kita sendiri.
Selengkapnya...

Kamis, 14 Mei 2009

Wanita yang meminyaki dan menyisir rambut dan mencucikan pakaian anak-anaknya, Allah mencatat pahala wanita itu seperti memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang. Subhanallah...

I love you kid,as our heaven gateway.Amin...

Selengkapnya...

Jumat, 08 Mei 2009

Menjadi Sahabat Anak

Kadang kita sebagai orang tua bingung dan tak tahu bagaimana menghadapi anak bila dia sedang marah,kita tidak tahu apa yang sedang diinginkan anak bahkan kita tidak peduli bila si anak sedang tidak mood. Menghadapi itu semua mungkin kita hanya bisa memarahi si anak atau malah mendiamkannya saja.

Sebenarnya masalah-masalah diatas tidak perlu terjadi jika kita bisa mendalami kondisi kejiwaan si anak dengan cara menjadi sahabat anak. Apakah kunci untuk jadi sahabat anak ?


1.Harus tahu kebutuhan dasar anak.
Kebutuhan dasar anak adalah perhatian dan kasih sayang tanpa syarat.
Berilah keduanya terutama pada usia 7 tahun pertama,karena pada usia ini daya
tangkap anak luar biasa. Ada kata-kata bijak :"Anak akan gagal menjadi orang besar
bila kala kecil tak ada orang yang menyambung kabel-kabel kecerdasannya dengan
cinta tanpa syarat."
2.Kita harus sadar bahwa mencintai anak itu adalah perintah Rasulullah.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah: "Seorang A'rabi telah mendatangi Rasulullah
dan bertanya,Kami belum pernah mencium anak-anak kami.Apakah engkau (Nabi) menciumi
anak-anakmu?" maka Nabi bersabda," Apakah engkau ingin Allah mencabut kasih sayang
dari hatimu?"
3.Bantulah anak untuk melejitkan potensinya dengan mengenali potensinya sejak dini.
Satu hal yang harus diingat jika anak kita di sekolah tidak pandai pelajaran
matematika,bukan berarti dia anak yang bodoh. Kita harus dapat melihat mungkin
si anak punya potensi lain misalnya di bidang seni lukis,maka ada baiknya kita
kembangkan potensi tersebut karena jika bisa berkembang berarti si anak mempunyai
kecerdasan di bidang seni (lukis).

Mudah-mudahn kita bisa menjadi orang tua yang bisa menjadi sahabat anak,agar kita bisa membantunya menjalani kehidupan ini hingga ia bisa mandiri disaatnya nanti.

Selengkapnya...

Selasa, 05 Mei 2009

Kidzania


Bukan bermaksud promosi atau sok karena sudah pernah mengunjungi,tapi beberapa tahun belakangan ini tempat rekreasi di Jakarta bertambah dengan kehadiran Kidzania. Tempat rekreasi yang unik karena anak-anak diberi kesempatan untuk merasakan seperti orang dewasa, bekerja, mendapatkan uang dan membelanjakannya.

Bertempat dikawasan niaga terpadu Sudirman tepatnya di Pacifik Place lantai 6 Jakarta, Kidzania menjadi alternatif rekreasi yang unik bagi anak-anak.


Sejak pertama masuk untuk mengantri tiket,tempat sudah dirancang seperti di Airport ketika kita akan melakukan boarding,kemudian begitu masuk kita akan langsung diantar ke bank untuk menukarkan cek yang sudah diberikan pada saat beli tiket.

Di Kidzania ada bermacam tempat seperti counter yang bisa dicoba anak-anak untuk berperan seperti menjadi dokter,pemadam kebakaran,pilot,pramugari,pabrik coklat,mie instan,es krim,pasar swalayan dll. Pada beberapa tempat dimana anak itu bekerja akan mendapatkan upah dan uang hasil kerja tersebut (KidZos) dapat dipakai di tempat lain diareal yang sama misalnya si anak ingin belanja di pasar swalayan,atau membeli makanan.

Yang bisa diambil sebagai pelajaran di tempat rekreasi ini anak harus belajar sabar, karena setiap akan masuk ke satu counter harus mengantri. Disini pun anak jadi lebih mengerti bagaimana orang tua berusaha untuk anaknya, yaitu dengan bekerja kemudian dibayar dan kita tentukan sendiri berapa uang yang akan dibelanjakan dan berapa uang yang harus ditabung.

Rasanya tempat rekreasi ini cukup bermanfaat juga untuk melatih anak-anak kita menjalani kehidupannya kelak.

Selengkapnya...